Senin, 03 April 2017

Kalkun Asli Indonesia Terancam Punah

Kalkun Asli Indonesia Terancam Punah

Kalkun adalah burung besar dari keluarga ayam-ayaman (Phasianidae) yang hidup di daerah semak dan padang rumput Amerika Utara. Daging burung ini sangat populer di negara asalnya, terutama saat perayaan hari Thanks Giving. Saat ini, Kalkun menjadi salah satu unggas yang banyak diternakkan di seluruh dunia.
Beberapa jenis burung di Indonesia memiliki penampilan mirip ayam Kalkun. Kepala dan lehernya gundul tak berbulu dengan warna menyolok. Bagian kulit di sekitar kepala dan lehernya, termodifikasi sedemikian rupa sehingga mirip gelambir menggantung. Saat musim kawin tiba, gelambir ini akan membesar/mengembang untuk memikat betina.
Kalkun ala Indonesia ini termasuk spesies terancam punah dan kurang dikenal sehingga kami angkat dalam edisi tulisan kali ini.
Kalkun
Gambar 1. Kalkun Amerika Utara Meleagris gallopavo, jenis Kalkun yang umum dikenal dan tersebar di seluruh dunia. Sumber: animal.memozee.com.

Aepypodius bruijnii sejatinya termasuk burung gosong (suku Megapodidae) berukuran besar dengan panjang 43 cm. Burung ini secara resmi dikenal dengan nama Maleo Gunung. Kadang-kadang disebut juga Maleo Waigeo. Masyarakat setempat mengenal burung ini dengan nama “Mangkwap”.
Meskipun termasuk keluarga burung gosong, namun bentuk tubuhnya lebih mirip ayam Kalkun sehingga dalam bahasa Inggris disebut Brush Turkey atau Bruijn’s Turkey. Agar lebih praktis, kita sebut saja nama burung unik ini Kalkun Waigeo.
Kalkun Waigeo memiliki bulu yang didominasi warna coklat pudar dengan kombinasi abu-abu di bagian punggung dan kecoklatan di bagian dada. Bagian kepala nyaris tak berbulu alias gundul (trondol) dengan warna merah atau merah jambu. Pangkal ekor berwarna coklat terang.
Burung jantan dewasa memiliki jengger besar berwarna merah. Bentuknya sangat unik karena menyerupai bunga jengger ayam Celosia cristata atau sikat. Bahkan, bentuk jengger ayam ini sepintas mirip gaya rambut penyanyi rock Jon Bon Jovi di era 80-an (Gambar 2 kiri).
Bagian kepala dan lehernya polos tanpa bulu seperti ayam Kalkun pada umumnya. Burung ini juga memiliki 3 gelambir yang menggantung di leher bagian bawah.
KALKUN Indonesia-dody94.wordpress.com
Gambar 2. Kalkun Waigeo Aepypodius bruijnii  (kiri) dan Kalkun Pegunungan Arfak Aepypodius arfakianus (kanan). Sumber: zoochat.com dan worldwitch.com.
Kalkun asli Indonesia ini sangat langka dan hanya dapat ditemukan di Pulau Waigeo dan Batanta, Raja Ampat, Papua. Selain Kalkun Waigeo, Indonesia juga memiliki satu spesies Kalkun lainnya, yaitu Kalkun Pegunungan Arfak Aepypodius arfakianus.
Kalkun Arfak memiliki daerah sebaran yang sangat luas. Wilayahnya mencakup seluruh daerah pegunungan di Papua hingga Papua Niugini. Kalkun ini juga ditemukan Pulau Yapen dan Misool. Populasi di seluruh daerah sebarannya masih cukup banyak.
Kalkun Waigeo dikenal dunia ilmu pengetahuan dari 21 spesimen yang dikoleksi sekitar tahun 1938. Begitu langkanya burung ini, hingga tidak seekor pun yang berhasil ditemukan selama 15 kali ekspedisi riset di Waigeo. Burung ini akhirnya ditemukan kembali pada tahun 2002 setelah dilakukan pencarian secara intensif selama 2 bulan.
Satu individu ditemukan di sekitar puncak gunung Nok di Teluk Majalibit. Selain penampakan satu individu, juga ditemukan 28 gundukan sarang.
Dari survei terakhir, hanya 3 daerah yang dianggap layak menjadi habitat Kalkun Waigeo karena populasinya masih cukup banyak, yaitu  Gunung Danai (36,2 km2, elevasi 600-950 m), Bukit Mnier (10,7 km2, elevasi 600-870 m) dan Gunung Sau Lal (8 km, elevasi 600-970 m).
KALKUN Indonesia2-dody94.wordpress.com
Gambar 3. Kalkun Waigeo remaja dengan jengger yang belum berkembang sempurna (kiri). Perangko PNG bergambar Kalkun Pegunungan Arfak dengan jengger yang sedang mengembang (kanan). Sumber: Arkive.org.
Hampir sebagian besar (65 %) populasi Kalkun Waigeo diperkirakan terdapat di Gunung Danai. Populasi ini mencakup 47 sarang dengan 84 individu dewasa yang diketahui secara pasti. Populasi burung di seluruh Waigeo diperkirakan mencapai 977 individu dewasa dengan 349 sarang.
Lantai dasar hutan di atas bukit Karst yang berbatu runcing dan tajam menjadi habitat Kalkun Waigeo. Meskipun lebih sering ditemukan di daerah berelevasi tinggi, kadang-kadang Kalkun Waigeo juga turun ke daerah pantai, terutama saat musim kemarau.
Immature-Bruijns-brush-turkey1
Gambar 4. Kalkun Waigeo remaja. Sumber: arkive.org.
Sebagaimana kelompok burung Gosong lainnya, Kalkun Waigeo mengubur telurnya dalam gundukan sampah yang besar. Sarang terbuat dari kumpulan serasah daun, ranting dan sampah hutan lainnya, yang dikais burung jantan hingga membentuk gundukan besar.
Aspek biologi Kalkun Waigeo seperti makanan, perilaku, daerah jelajah dan lain-lain tidak banyak di ketahui. Saat ini habitat Kalkun Waigeo terancam oleh rencana penambangan Kobalt dan Nikel, pembakaran hutan untuk lahan pertanian, dan pemangsaan oleh anjing liar.
Pembentukan Cagar Alam Waigeo Barat seluas 1.530 km2 kemungkinan belum cukup untuk melindungi populasi Kalkun Waigeo. Selain Kalkun Waigeo, burung Gosong Abu-Abu Megapodius freycinet  juga banyak ditemukan kawasan hutan pantai di daerah pesisir.
Kalkun Lengkap
Gambar 5. Kalkun Waigeo (kiri) dan Kalkun Gunung Arfak (kanan). Keduanya masih tergolong burung muda.
Kalkun Waigeo masuk dalam daftar merah spesies yang terancam punah oleh IUCN dengan status genting (endangered), akibat populasi yang sedikit dan daerah sebaran yang sangat terbatas.
Kalkun Arfak lebih mudah ditemukan, memiliki populasi yang banyak dan stabil serta daerah sebaran yang luas sehingga oleh IUCN dikategorikan masih beresiko rendah untuk punah (least concern).
Kegiatan riset dan upaya perlindungan terhadap satwa langka seperti Kalkun Waigeo perlu ditingkatkan untuk menghindarkan spesies ini dari kepunahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar